Berbagi Pengetahuan di Institusi Akademik

Jurnal-Mantek-001-216x300“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
(Q.S. Al-Alaq, 96 : 1-5).
Perintah mencari ilmu, belajar, dan melaksanakan proses pendidikan adalah perintah yang tercantum dalam wahyu pertama yang diturunkan kepada Rasulullah. Itulah sebabnya mengapa proses belajar menjadi begitu penting dalam kehidupan manusia, baik secara individual maupun dalam posisi sebagai makhluk sosial. Para peneliti di seluruh dunia semakin hari semakin memperlihatkan bukti-bukti manfaat ilmu pengetahuan dan proses belajar untuk peningkatan kualitas pribadi maupun keunggulan organisasi (Nonaka, 1990, 1991, 1994; Nelson, 1991; Leonard-Barton, 1992, 1995; Quinn, 1992; Drucker, 1993; Nonaka & Takeuchi, 1995; Grant, 1996; Sveiby, 1997; Hatch & Dyer, 2004; Tjakraatmadja, 2006).
Di sisi lain, semakin dipahami bahwa ilmu pengetahuan bukanlah sesuatu yang menjadi hak milik mutlak dari individu ataupun organisasi. Pengetahuan adalah sesuatu yang dinamis, berkembang. Dengan sifat uniknya, pengetahuan adalah satu-satunya bentuk asset yang jika diberbagikan (shared knowledge) justru akan berkembang dan bertumbuh (Raub et al., 2000). Karena itu, berbagi pengetahuan adalah sebuah proses dalam mengembangkan diri maupun mengembangkan organisasi, ke arah yang lebih baik demi mencapai tujuan keberlangsungan perusahaan (sustainability) dan pada akhirnya bersama sama dengan organisasi yang lain dapat memberi manfaat untuk kehidupan seluruh umat manusia (Gurteen, 1999; Bragdon, 2006), seperti terangkum dalam perintah Rasulullah SAW kepada umatnya dalam berdakwah menyebarkan nilai kehidupan Islam ke seluruh penjuru bumi : “Sampaikanlah walaupun hanya satu ayat!”
Seperti halnya organisasi jenis lain, pertumbuhan dan perkembangan institusi akademik bergantung pada proses berbagi pengetahuan untuk dapat terus menyerap, memberikan, menciptakan pengetahuan baru. Berbagi pengetahuan adalah proses kritis yang wajib dilakukan oleh institusi akademik dan selalu dikembangkan untuk mempertahankan keberlangsungan dan mencapai keunggulan kompetitif dalam perannya sebagai pusat ilmu pengetahuan atau center of excellence (Norris et.al, 2003).
Dari hasil studi literature mengenai manajemen pengetahuan, ditemukan beberapa konsep yang berkaitan dengan keinginan untuk berbagi pengetahuan, di antaranya dari penelitian Kwok & Gao (2005) yang menyatakan adanya pengaruh positif dari kapasitas penyerapan pengetahuan (absorptive capacity) dan kekayaan saluran (channel richness) terhadap keinginan untuk berbagi pengetahuan. Dalam penelitian tersebut diyakini, individu membutuhkan kapasitas penyerapan pengetahuan sampai tingkatan tertentu sebelum memiliki keinginan untuk bersikap mendukung perilaku berbagi pengetahuan. Individu yang memiliki kapasitas penyerapan pengetahuan yang besar cenderung untuk memiliki sikap positif yang mendukung perilaku berbagi pengetahuan.
Dari sisi kekayaan saluran, institusi akademik maupun organisasi jenis lainnya sudah banyak berinvestasi untuk mengembangkan berbagai jenis media untuk menfasilitasi proses berbagi pengetahuan anggotanya. Tetapi, pada kenyataannya praktek berbagi pengetahuan masih belum dapat dirasakan manfaatnya, baik bagi anggota organisasi maupun organisasi secara keseluruhan. Di lain pihak keberadaan berbagai media sharing juga sebenarnya dapat membantu anggota organisasi untuk meningkatkan kapasitas penyerapan pengetahuannya, karena sebagai penerima pengetahuan (knowledge recipient) seseorang dapat memiliki akses lebih banyak kearah sumber pengetahuan melalui berbagai media tersebut, misalnya dengan adanya email, online discussion, dan teknologi hubungan jarak jauh yang memungkinkan seseorang dapat mengakses sumber ilmu di seluruh penjuru dunia.
Penelitian ini ingin mengetahui hubungan antara tiga konsep yaitu kekayaan saluran, kapasitas penyerapan pengetahuan, dan keinginan berbagi pengetahuan di institusi akademik dengan menggunakan metode structural equation modelling (SEM). Uji empiris terhadap model konseptual dilakukan terhadap sebuah institusi akademik di Indonesia. Hasilnya membuktikan adanya hubungan pengaruh yang signifikan antara kekayaan saluran terhadap keinginan untuk berbagi pengetahuan. Sementara hubungan antara kekayaan saluran dengan kapasitas penyerapan pengetahuan serta hubungan antara kapasitas penyerapan pengetahuan dengan keinginan berbagi pengetahuan tidak terbukti signifikan. Selain itu hasil penelitian juga memperlihatkan bahwa keinginan untuk berkontribusi pada knowledge center dan website organisasi serta rasa saling percaya dan keterbukaan tidak menentukan keinginan untuk berbagi pengetahuan. Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi terhadap penelitian di bidang manajemen pengetahuan di Indonesia, dan bermanfaat untuk memberikan masukan bagi institusi akademik yang menjadi objek penelitian dalam mengembangkan proses berbagi pengetahuan dalam organisasinya.
Penulis: Lenny Martini, Jann Hidajat Tjakraatmadja
Dimuat di Jurnal Manajemen Teknologi Vol 10 no 2 tahun 2011